Posts by joovirginiaaa

Love writing and reading. Novelist-will be. I am just a fangirl of SHINee and EXO. Lauren Oliver is the best favorite author ever :3 Wishing know you further, please mention me @joovirginiaaa :) Thank you!

[Stories] People Say.. [Prolog]

Orang bilang, kamu itu masih ada.

Orang bilang, laki-laki itu kamu.

Orang bilang, aku mungkin sudah melupakanmu.

Tetapi, aku tidak melihatnya sebagai kamu.

Aku tidak merasakannya sebagai kamu.

Apakah kamu sudah berbeda?

Apakah kamu sudah berubah?

Apakah kamu…. memang bukan lagi ‘kamu’ yang dulu?

Daun itu hijau, mengingatkanku pada warna kesukaanmu.

Awan tampak kelabu, seperti hatiku yang rindu padamu.

Hujan tampak datang, namun kamu yang menghilang.

Rasa ini sepi, membuatku tidak ingin sendiri.

[Chapter 11B] How To Steal A Kiss : First Mission – Ask A Date

 Title : How To Steal A Kiss – 11th B. First Mission – Ask A Date

Author : @joovirginiaaa

Genre : Romance, School-life, (maybe) comedy

Rating : T

Cast : Park Hyunjo (OC), All of EXO members, Choi Jinri [f(x)], Jung Soojung [f(x)], Park Cheonsa (OC)

Disclaimer : This plot is @turnuphanbin (@ohyeolliepop) and mine. Plagiarsm is strictly prohibited.

Previous : Chapter 11A

Park Hyunjo merasa sesuatu yang tidak beres sedang terjadi dalam hidupnya. Belakangan ini, ia sering mengalami hal-hal ganjil yang terasa aneh dan tidak biasa.

Pertama, entah mengapa sekarang Sehun mendekatinya.  Hyunjo tidak tahu apakah sebelumnya mungkin Sehun terbentur sesuatu atau bagaimana, atau taruhan kedua? Tetapi, sepertinya Sehun tulus.

Kedua, anak-anak EXO secara ajaib menyapanya. Menyapa seorang Park Hyunjo bukanlah sesuatu yang dilakukan mereka seharusnya, kan? Mereka semua tiba-tiba selalu mengajak Hyunjo makan bersama, meskipun Soojung dan Jinri dengan senang menemaninya.

Ketiga, Cheonsa – ratu iblis yang baru – semakin menjadi. Ia selalu membuat kekacauan, termasuk memasang foto masa kecil Hyunjo di mading. Permasalahannya bukan pada fotonya, tetapi pada memorinya. Kalau sampai Sehun melihat foto itu…… Hyunjo tidak bisa membayangkannya.

Kali ini, perbuatan Cheonsa tidak bisa dimaafkan lagi. Hyunjo akan mencetak foto Chanyeol besar-besar dan memajangnya di dinding dengan tulisan “AKU CHEONSA MENCINTAIMU PARK CHAN YEOL!” Biar dia tahu rasa!

Continue reading →

[Chapter 11-A] How To Steal A Kiss : First Mission – Ask A Date

 Title : How To Steal A Kiss – 11th A. First Mission – Ask A Date

Author : @joovirginiaaa

Genre : Romance, School-life, (maybe) comedy

Rating : T

Cast : Park Hyunjo (OC), All of EXO members, Choi Jinri [f(x)], Jung Soojung [f(x)], Park Cheonsa (OC)

Disclaimer : This plot is @turnuphanbin and mine. Plagiarsm is strictly prohibited.

Park Hyunjo merasa sesuatu yang tidak beres sedang terjadi dalam hidupnya. Belakangan ini, ia sering mengalami hal-hal ganjil yang terasa aneh dan tidak biasa.

Pertama, entah mengapa sekarang Sehun mendekatinya.  Hyunjo tidak tahu apakah sebelumnya mungkin Sehun terbentur sesuatu atau bagaimana, atau taruhan kedua? Tetapi, sepertinya Sehun tulus.

Kedua, anak-anak EXO secara ajaib menyapanya. Menyapa seorang Park Hyunjo bukanlah sesuatu yang dilakukan mereka seharusnya, kan? Mereka semua tiba-tiba selalu mengajak Hyunjo makan bersama, meskipun Soojung dan Jinri dengan senang menemaninya.

Ketiga, Cheonsa – ratu iblis yang baru – semakin menjadi. Ia selalu membuat kekacauan, termasuk memasang foto masa kecil Hyunjo di mading. Permasalahannya bukan pada fotonya, tetapi pada memorinya. Kalau sampai Sehun melihat foto itu…… Hyunjo tidak bisa membayangkannya.

Kali ini, perbuatan Cheonsa tidak bisa dimaafkan lagi. Hyunjo akan mencetak foto Chanyeol besar-besar dan memajangnya di dinding dengan tulisan “AKU CHEONSA MENCINTAIMU PARK CHAN YEOL!” Biar dia tahu rasa!

Continue reading →

[FANFICTION] Love Story [Prolog]

Title : Love Story

Author : @joovirginiaaa

Main Casts :

1. Byun Baek Hyun.

Dia dilahirkan tampan. Dengan sikapnya yang super cerewet dan ramah, dia adalah yang terpopuler di sekolah.

2. Byun Tae Hyung, kembar dari Byun Baek Hyun.

Dilahirkan berbeda dengan kembarannya. Wajahnya juga tampan, tetapi sikapnya yang pendiam membuat orang-orang berpikir dia arogan.

3. Oh Se Hun.

Sebelas duabelas dengan Taehyung. Wajahnya tampan, namun jelas menunjukkan kearoganan. Kabarnya, ayahnya adalah preman yang ditakuti di Seoul.

4. Kim Rin Tae.

Gadis ini bisa dibilang paling beruntung dan paling dibenci teman sekolahnya. Kenapa? Karena gadis ini, adalah satu-satunya yang dekat dengan ketiga manusia terkenal di atas.

Continue reading →

[Stories] Snow Memories

Inspired by : Dylunaly – Hujan dan Lukaku

Dingin.

Satu kata itu selalu menyejukkanku. Meskipun badanku menggigil karena kedinginan, namun aku tetap lebih menyukai dingin. Dingin mengingatkanku pada seseorang. Seseorang yang amat sangat berharga untukku.

Jujur, aku tidak tahu bagaimana menilai dirinya di dalam hidup ini. Ia seperti magnet yang selalu menempel padaku. Ia seperti benang dan jarum yang tidak boleh dipisahkan olehku. Seharusnya begitu. Aku tersenyum, mengingat bahwa kini semuanya sudah tidak mungkin lagi.

Dia dan aku, sudah tidak bisa disatukan lagi. Dia dan aku sudah bukan menjadi kata ‘kita’. Janji bahwa kita akan selalu bersama semuanya terhempas oleh ombak kehidupan. Habis, tak tersisa. Semenjak saat itu, tidak pernah lagi ada ‘kita’. Hanya aku, dan dia.

Aku ingat bagaimana ia hanya menyunggingkan senyum untukku, bagaimana ia bersikap baik hanya kepadaku. Aku tersenyum, mengingat caranya tersenyum membuatku bahagia. Aku tidak pernah mencintai seseorang sedalam ini sebelumnya, kecuali papa dan mamaku.

Tapi ia begitu berbeda. Ia tidak seperti laki-laki pada umumnya. Ia memang tidak begitu tampan, meskipun begitu, menurutku ia adalah laki-laki yang paling tampan. Tidak hanya dilihat dari wajah, tapi juga hatinya.

Aku masih ingat, laki-laki itu ingin berubah hanya demi aku. Dari laki-laki pendiam dan cuek, berubah menjadi laki-laki yang ramah dan murah senyum. Kalau saja aku ingin serakah, aku ingin ia selamanya bersamaku. Namun sayang, Tuhan mendengar keserakahanku sehingga Ia mengambilnya begitu cepat dari sisiku.

Bianco Julian, sebenarnya aku ingin sekali marah padamu. Aku ingin marah karena kamu sudah berani meninggalkanku seorang diri. Aku pikir bulan ini adalah bulan kebahagiaanku. Desember tidak pernah seburuk ini dalam pikiranku.

Desember tidak pernah mengkhianatiku. Tapi mengapa kamu menodainya? Mengapa kamu merusak semua impianku, Bi? Sebenarnya, apa salahku padamu? Apa aku gadis yang terlalu penuntut? Atau aku kurang untukmu? Mengapa kamu pergi begitu saja, Bi?

Aku yakin, saat ini kamu sedang melihatku dan menertawakanku atas kerapuhanku. Kalau saja kamu mau tahu, aku tidak sekuat dirimu. Di dalam dingin yang sunyi, kamu tidak pernah kedinginan, bahkan kamu selalu menikmatinya dengan secangkir coklat panas yang kubuatkan untukmu.

Sementara aku, meskipun aku sudah memakai mantel yang tebal, aku masih merasa kedinginan. Bahkan secangkir coklat panas tidak mampu membuat perutku hangat. Hanya pelukanmu dan keberadaanmu yang dapat menghangatkanku, tapi mengapa kamu pergi?

Sekali lagi aku menyalahkanmu. Aku menyalahkanmu yang tidak bertanggung jawab merusak hidupku. Sebenarnya bukan dirimu, mengingat kamu juga tidak tahu apa yang akan terjadi, tapi kalau saja kamu mendengarkan perkataanku… kalau saja…

Aku tidak bisa banyak bermain kata lagi dalam pikiranku, karena kini dinginnya hujan salju menyelimutiku, mencoba untuk membawaku bertemu denganmu. Aku bahagia, sebentar lagi tiba saatnya. Saat untuk melepas rinduku padamu.

Aku yakin, kali ini kamu bahagia atas pikiranku yang tidak biasa pintar ini. Samar-samar aku melihatmu, sedang tersenyum di hadapanku, membuka kedua tanganmu lebar-lebar bersiap untuk memelukku. aku tersenyum, sebelum akhirnya benar-benar terlelap untuk melihatmu, selamanya.

√√√

Desember 10th, 2013.

Untuk kesekian kalinya aku melihat jam. Sudah pukul sepuluh, namun Bian masih belum tampak juga. Kemana sih anak itu? Padahal, kami sudah berjanji dari pukul delapan pagi di taman biasa. Apa ia tidak tahu aku tidak kuat dingin sepertinya? Hello, ini Seoul! Apa Bianco merasa hawa Seoul sama seperti di Jakarta saat bulan Desember begini?

Salju perlahan turun, merubah warna abu-abu jalanan menjadi putih. Aku tersenyum, tidak sabar untuk bertemu Bian. Kami sedang merencanakan pernikahan di Seoul. Sudah satu setengah bulan kami berada di Seoul.

Aku terkejut ketika Bian menyetujui saranku begitu saja. Padahal, Bian suka kesal kalau aku menyebut artis Korea, atau mungkin ia jealous? Ternyata laki-laki cuek seperti Bian bisa cemburu juga. Aku tersenyum, Bian, aku merasa beruntung memilikinya.

Tiba-tiba, seseorang memelukku dari belakang. Aku kembali tersenyum. Sepertinya aku selalu menyukai Bian, aku mencandunya. “Bi, lepasin ah, malu nih dilihat orang.”

“Nggak mau ah, memang kenapa harus malu?” bisiknya di telingaku. Manis, Bian berubah menjadi laki-laki manis, pasti ia ada maunya. Ia selalu begitu.

“Baiklah, apa maumu, Bi?” tanyaku pasrah. Jantungku berdetak dua kali lebih cepat, membuatku berharap kalau Bian tidak mendengarnya. Aku kan malu.

“Aku mau menikah denganmu secepatnya,” ucap Bian. Jawabannya cukup menghangatkanku dari butiran salju yang jatuh ke arahku.

“Kenapa? Kamu cemburu kalau aku berlama-lama di Seoul, laki-laki Korea akan mendekatiku dan aku berpaling kepadanya?” tanyaku usil. Ia tertawa lepas untuk pertama kalinya.

“Tentu saja tidak, memang ada yang ingin memiliki pacar sepertimu?” candanya. Aku pun melepaskan pelukannya dan berjalan dengan cepat. Berpura-pura ngambek adalah keahlianku.

“Heeeeey, aku cuma bercanda. Kalau memang tidak ada yang ingin memiliki pacar sepertimu, aku mau kok,” ucapnya tulus. Aku memberhentikan langkahku. Tersenyum puas akan jawabannya.

“Coba, kamu sebut namaku dan katakan bahwa kamu mencintaiku, sebagai hukuman,” ucapku tak terbantahkan. Ia pun membalikkan badanku dan memelukku erat.

“Brigitta Alexine, aku mencintaimu,” bisik Bian. Aku tersenyum. “Aku nggak dengar.”

“Kubilang, aku mencintaimu,” ucap Bian sedikit lebih keras. Aku menggeleng. “Masih belum cukup keras. Bahkan semut belum tentu bisa dengar,” ucapku. Aku yakin sebentar lagi Bian pasti berteriak..

“KUBILANG, BRIGITTA ALEXINE, AKU MENCINTAIMU. AKU AMAT SANGAT MENCINTAIMU. JEONGMAL SARANGHAEYO, URI YEOJACHINGU,” teriaknya keras. Kini semua mata tertuju pada kami. Beberapa orang berbisik-bisik dan beberapa bertepuk tangan untuk Bian. Hari ini terasa begitu sempurna untukku.

 

Satu minggu lagi adalah hari yang paling bahagia untuk kami, karena kami akan menikah. Saat ini, aku sedang melihat Bian di halaman rumah, memainkan setiap butiran salju yang turun. Aku suka melihat sosoknya dari belakang. Aku merasa ingin memeluknya begitu erat.

Aku tidak ingin kehilangan Bian, Bian adalah satu-satunya untukku. Aku tidak bisa membayangkan jika tanpa Bian, akan jadi apa diriku? Tidak, aku menggeleng keras. Dua puluh lima Desember, kali ini natal yang bahagia akan ikut menyaksikan pernikahan kami. Meskipun tidak banyak teman yang datang dari Indonesia, untungnya aku memiliki beberapa teman di Korea yang bisa menghadiri acara kami.

Mama dan Papa akan datang tiga hari lagi. Aku benar-benar tidak sabar untuk melewatkan satu minggu ini. Aku tidak tahu, bagaimana penampilanku nanti saat acara? Bagaimana sikap Bian nantinya padaku? Apakah aku akan memiliki anak perempuan atau laki-laki? Apakah anakku akan mirip Bian atau mirip aku?

Semua pertanyaan manis itu menghampiri pikiranku. Aku tersenyum lagi, tidak peduli bagaimana nanti, aku ingin membina keluarga dengan Bian. Aku memeluknya dari belakang, ia sedikit terkejut, namun kemudian mengeratkan pelukanku.

“Bian, aku tidak ingin kehilanganmu,” ucapku manja. “Hmm.”

“Bian, aku ingin selalu bersamamu,” ucapku lagi. Bian kembali berdeham, “Hmm.”

“Bian, aku ingin kamu selalu mencintaiku,” pintaku. Bian mengambil jeda sebentar sebelum kemudian menjawab, “Pasti.”

“Bian, aku ingin kamu berjanji bahwa kamu tidak akan pernah meninggalkanku,” desakku. Bian tidak menjawab. Ia terdiam kaku. “Bian? Kamu bisa menepatinya kan,” kepanikan mulai menyerangku. Mengapa Bian diam saat aku memintanya berjanji hal yang sepele seperti ini?

“Ya, dan tidak. Aku bisa berjanji, tapi aku tidak tahu bisa menepatinya atau tidak.”

“Apa maksudnya?” serangku kasar. Aku melepaskan pelukanku, mulai menjauhkan diri darinya. Ia menatapku lembut. “Karena aku tidak pernah tahu kapan waktu akan menjemputku, Git.”

“Jangan ngomong begitu, Bi,” ancamku kesal. Aku meninggalkannya dan menutup pintu kamar rapat-rapat. Tak lupa aku juga mengunci pintu supaya Bian tidak bisa masuk.

Bagaimana mungkin Bian mengatakan itu padaku? Memangnya ia memiliki niat untuk meninggal? Apa ia punya penyakit serius? Tidak, wajahnya pun sehat-sehat saja. Ia juga tidak pernah memperlihatkan gejala bahwa dirinya sakit. Atau memang Bian hanya beralasan supaya berselingkuh dariku? Bisa saja, kan!

Aku menangis, ini pertama kalinya Bian membuatku menangis. Bian mengetuk pintu, namun aku tidak berniat untuk membukakan pintunya.

“Git, buka pintunya. Aku, minta maaf…,” ucap Bian pelan, namun aku masih dapat mendengarnya.

“Aku tidak bermaksud begitu, Git. Maaf, aku mengaku salah,” lanjutnya. Aku masih enggan berbicara.

“Git, aku bukan mau nakut-nakutin kamu atau gimana. Aku cuma waspada aja,” ia masih berusaha membuatku membukakan pintu, namun aku tidak ingin melakukannya.

“Git, masih marah ya? Aku pergi dulu, siapa tahu waktu bisa menenangkanmu. Maaf ya, Git. Aku selalu mencintaimu,” ucap Bian. Aku menangis lebih keras lagi.

Bian, bagaimana mungkin ia malah pergi meninggalkanku? Aku membuka pintu, dan menemukannya berjalan menuju pintu. Aku menarik tangannya.

“Jangan pergi, Bi!” teriakku marah. Bian hanya tersenyum ringan, entah mengapa aku merasa senyum kali ini sangat tulus, dan aku menyukainya. “Nggak apa-apa, Git. Cuma sebentar, supaya kamu tenang. Aku pasti kembali. Aku janji aku selalu mencintaimu,” ucapnya. Ia mengecup keningku. Bian tidak mendengarkanku dan pergi begitu saja, dan ternyata kepergiannya abadi.

 

Bian tidak bisa diselamatkan. Aku tidak tahu bagaimana aku harus menghadapi kenyataan itu. Mendengarnya dari dokter membuat kepalaku pening. Dokter itu menyampaikan berita itu padaku dengan bahasa Inggris yang tidak begitu fasih. Aku hanya bisa menangkap bahwa Bian mengalami kecelakaan.

Kepalaku berputar, rasanya seperti duniaku runtuh dalam sekejap. Bian tidak mungkin meninggalkanku. Ia baru saja berjanji satu jam yang lalu untuk kembali, dan untuk selalu mencintaiku. Bian berbohong rupanya. Ia tidak mencintaiku, ia pasti tidak.

Jika iya, bagaimana mungkin ia meninggalkanku begitu saja? Aku tidak tahu bagaimana harus menjalani hidup lagi. Aku harap, aku bisa menemuinya.